Jumat, 14 Agustus 2020
(Foto: Hendra Wiradi/Uzone.id)
Sejarah bendera Indonesia menarik untuk didalami, apalagi nama bendera kita punya beberapa julukan seperti Merah Putih, Sang Dwi Warna, dan Sang Saka Merah Putih.
Mengutip Encyclopaedia Britannica, bendera Indonesia secara resmi diadopsi pada 17 Agustus 1945, tiga hari setelah berakhirnya Perang Dunia II. Itu tetap menjadi bendera nasional ketika Indonesia memenangkan pengakuan kemerdekaannya dari Belanda pada tahun 1949.
Bendera Indonesia dengan desain garis merah di atas dan putih di bawahnya punya sejarah yang panjang. Warna merah putih pertama kali dikaitkan dengan kerajaan Majapahit, yang berkembang dari abad ke-13 hingga abad ke-16 di Jawa Timur.
Merah Putih menggabungkan simbolisme warna tradisional, yakni merah memiliki arti keberanian dan putih untuk kejujuran.
Merah Putih diadopsi pada tahun 1922 oleh Uni Indonesia, sebuah organisasi nasionalis pelajar Indonesia yang belajar di Belanda. Partai Nasionalis Indonesia dengan nama Perserikatan Nasional Indonesia yang berdiri pada 4 Juli 1927 pun memakai bendera tersebut.
PNI adalah partai politik tertua di Indonesia dengan ketuanya pada saat itu adalah Dr. Tjipto Mangunkusumo, Mr. Sartono, Mr. Iskak Tjokroadisurjo, dan Mr. Sunaryo.
Bendera Merah Putih, lambang negara Indonesia, terinspirasi dari bendera di zaman Majapahit, kerajaan yang cukup berjaya di masa dahulu.
(Foto: Hendra Wiradi/Uzone.id)
Ketika bendera Merah Putih dikibarkan saat Proklamasi 17 Agustus 1945, sempat muncul rumor kalau bendera tersebut merupakan kain seprai warna putih dan tenda warung soto warna merah.
Kain itu, konon dijahit oleh Fatmawati, istri Presiden RI pertama Soekarno. Benarkah?
Melansir Historia, cerita itu berasal mulut Lukas Kustaryo, seorang tentara, yang bercerita soal pengalamannya kepada majalah Intisari edisi Agustus 1991.
“Benar, kain merah putih yang saya jahit itulah pemberian saudara,” Kustaryo menirukan ucapan Fatmawati.
Berbeda dengan versi Fatmawati yang menceritakan bagaimana dia mendapatkan bendera Merah Putih dalam buku karyanya berjudul “Catatan Kecil Bersama Bung Karno, Volume 1 (terbit 1978).
Mengutip Bengkulu Ekspress, mantan Ibu Negara yang namanya diabadikan pada nama Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Fatmawati berlokasi di Jakarta Selatan ini mendapat kain katun merah putih pemberian perwira Jepang, Chairul Basri pada Oktober 1944.
Ketika itu, Fatmawati sedang mengandung anak pertama. Pemberian kain katun merah putih atas perintah Hitoshi Shimizu, kepala bagian propaganda Gunseikanbu.
Kain katun itu awalnya akan dibuat baju untuk anak pertama. Namun, ketika Kota Hiroshima dan Nagasaki dibom atom oleh Amerika Serikat hingga membuat Jepang menyerah kepada sekutu, Indonesia pun menyatakan kemerdekaan melalui Proklamasi Kemerdekaan pada 17 Agustus 1945.
Fatmawati saat itu berinisiatif menjahit kain katun merah putih itu menjadi bendera pusaka untuk dikibarkan saat proklamasi kemerdekaan.
“Berulang kali saya menumpahkan air mata di atas bendera yang sedang saya jahit itu,” kata Fatmawati,
Ketika Jepang menyerah kepada sekutu pada 10 Agustus 1945, Sutan Sjahrir yang didukung oleh golongan ‘menculik’ Sukarno yang dianggap masuk golongan tua. Termasuk Fatmawati, anaknya dan Muhammad Hatta dibawa golongan muda ke Rengasdengklok,
Tanggal 16 Agustus 1945 malam hari, mereka kembali ke Jakarta untuk persiapan Proklamasi 17 Agustus yang dijadwalkan paling telat pukul 12.00 WIB di Pegangsaan Timur 56, Jakarta Pusat.
Fatmawati mendengar teriakan kalau bendera belum ada mengatakan, dia lalu berbalik mengambil bendera yang dia buat tatkala Guntur masih dalam kandungan, satu setengah tahun yang lalu.
“Bendera itu aku berikan pada salah seorang yang hadir di tempat di depan kamar tidurku,” tutur Fatmawati.
Fatmawati menyerahkan bendera tersebut kepada orang berseragam untuk dikibarkan. Terdengarlah lagu Indonesia Raya tanpa diiringi musik.
Beberapa Peristiwa Penting pun terjadi sebelum Hari Proklamasi tiba.
Dalam merayakan 17 Agustus, rakyat Indonesia punya beragam kesenian, baik itu panggung musik macam perlombaan mulai tarik tambang, balap kerupuk hingga panjat pinang
Museum Kebangkinan Nasional di Jalan Dr. Abdul Rahman Saleh Nomor 26, Senen, Jakarta Pusat, sempat ditutup demi mencegah penyebaran virus corona baru (Covid-19)
Bulan Agustus ini, pedagang pohon pinang akan menuai banyak untung. Panjang pinang menjadi salah satu permainan di hari Kemerdekaan setiap tanggal 17 Agustus
Fatmawati tidak sengaja mendengar teriakan bahwa bendera Indonesia belum ada saat Soekarno bersama tokoh lainnya sedang berkumpul menyiapkan peralatan untuk pembacaan naskah teks proklamasi
Rumah Djiauw Kie Siong jadi tempat singgah para pemuda saat ‘menculik’ Soekarno dan Hatta karena dekat dengan markas Peta, yang saat ini sudah dijadikan Monumen Kebulatan Tekad.